Selasa, 05 Januari 2016

PBB Turun Tangan Redam Ketegangan Iran-Arab Saudi. Ketegangan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran telah memicu kekhawatiran global,


NEW YORK, SELASA — Ketegangan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran telah memicu kekhawatiran global, terutama terkait dengan semua upaya damai yang tengah digarap untuk menyelesaikan berbagai konflik di kawasan Timur Tengah. Sejumlah negara, seperti Indonesia, Amerika Serikat, dan Rusia, mendesak agar Iran dan Arab Saudi mengedepankan upaya damai, bahkan Amerika Serikat dan Rusia menawarkan diri menjadi penengah atas ketegangan itu.
Polisi antihuru-hara  berpatroli di jalan-jalan di Desa Sanabis, sebelah barat Manama, Bahrain, menjaga pengunjuk rasa yang memprotes eksekusi terhadap ulama Syiah,  Nimr al-Nimr, oleh Pemerintah Arab Saudi, Senin (4/1).
REUTERS/HAMAD I MOHAMMEDPolisi antihuru-hara berpatroli di jalan-jalan di Desa Sanabis, sebelah barat Manama, Bahrain, menjaga pengunjuk rasa yang memprotes eksekusi terhadap ulama Syiah, Nimr al-Nimr, oleh Pemerintah Arab Saudi, Senin (4/1).
Di sisi lain, krisis itu telah memicu kekhawatiran baru tentang meningkatnya kekerasan sektarian di Timur Tengah. Tak heran jika kemudian PBB segera turun tangan menyikapi krisis tersebut. Prihatin dengan kondisi di Iran dan Arab Saudi, anggota Dewan Keamanan PBB pun mendesak agar semua pihak mengedepankan dialog dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan di wilayah itu.
Meskipun demikian, 15 anggota Dewan Keamanan PBB, Senin (4/1), mengecam serangan terhadap Kedutaan Arab Saudi di Teheran yang dilakukan oleh para pemuda Iran yang marah akibat eksekusi mati seorang ulama terkemuka di Arab Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr, akhir pekan lalu.
Mengecam
"Para anggota Dewan Keamanan mengecam serangan terhadap Kedutaan Arab Saudi di Teheran dan Konsulat Jenderal di Masyhad di Iran, yang mengakibatkan gangguan ke tempat diplomatik dan konsuler serta menyebabkan kerusakan serius," kata pernyataan Dewan. Mereka pun meminta Iran untuk melindungi properti dan personel diplomatik dan konsuler serta menghormati sepenuhnya kewajiban internasional mereka terkait hal itu.
Bahkan, untuk meredam ketegangan di antara kedua negara PBB, lembaga itu segara mengutus perwakilan khusus mereka di Suriah Staffan de Mistura ke Riyadh dan akhir pekan ini ke Teheran. PBB tampaknya khawatir, ketegangan antara Iran dan Arab Saudi akan berpotensi mengganggu pembicaraan damai untuk mengakhiri konflik di Suriah dan Yaman.
Seorang polisi  antihuru-hara Iran berdiri menjaga unjuk rasa menentang eksekusi terhadap ulama Syiah,  Sheikh Nimr al-Nimr, di luar gedung Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Minggu (3/1).
REUTERS/TIMASeorang polisi antihuru-hara Iran berdiri menjaga unjuk rasa menentang eksekusi terhadap ulama Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr, di luar gedung Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Minggu (3/1).
Kekhawatiran itu beralasan karena Iran dan Arab Saudi turut memainkan peran penting untuk mencari solusi damai bagi kedua negara yang tengah terantai oleh perang saudara tersebut. De Mistura akan melakukan sejumlah pembicaraan dan mencari jaminan bahwa semua usaha yang telah dilakukan untuk menggelar proses perdamaian di Suriah dan Yaman tidak sia-sia.
De Mistura memang membutuhkan dan mengandalkan dukungan banyak pihak agar pembicaraan damai antara pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan oposisi Suriah yang bakal digelar di Geneva pada 25 Januari berjalan lancar. Pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi-Iran menyusul serangan terhadap Kedutaan Arab Saudi di Teheran dinilai dapat mengganggu proses itu. Apalagi, sejumlah negara lain, seperti Bahrain dan Sudan, juga turut memutuskan hubungan diplomatik mereka dengan Iran.
Konflik baru
Jika situasi itu dibiarkan berlarut, pertarungan kubu pendukung Iran dan kubu pendukung Arab Saudi sangat mungkin menggelorakan konflik baru di kawasan yang saat ini tengah dirundung banyak konflik. Sebagaimana diketahui, Teheran adalah sekutu terkuat Presiden Assad, sementara Riyadh adalah pendukung milisi melawan Damaskus. Di Yaman, koalisi Arab yang dipimpin Saudi mengampanyekan serangan udara terhadap pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Untuk meredam meluasnya ketegangan itu, selain mengirim utusan khusus PBB untuk Suriah ke Riyadh, Sekjen PBB Ban Ki-moon juga menghubungi Menteri Luar Negeri Arab Saudi dan Iran. PBB bergerak cepat untuk mendesak mereka agar Arab Saudi dan Iran menghindari tindakan-tindakan yang dapat memperburuk situasi.
 
Situasi di Timur Tengah kembali memanas pasca-Arab Saudi mengeksekusi mati ulama syiah ternama. Dua masjid Sunni di Hilla, Irak, diserang. Satu orang dilaporkan tewas.
Dalam percakapannya dengan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, Ban menyatakan kecewa atas eksekusi mati al-Nimr. Namun, ia juga menyampaikan, banyak serangan oleh sejumlah pemuda Iran atas Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran adalah tindakan yang menyedihkan. Meskipun demikian, kepada Jubeir, Ban mengatakan, keputusan Saudi untuk memutuskan hubungan dengan Teheran adalah tindakan yang sangat mengkhawatirkan. Sementara itu, kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Ban mendesaknya untuk melindungi fasilitas diplomatik setelah serangan terhadap Kedutaan Saudi.
Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, mengatakan ketegangan antara Riyadh dan Teheran memiliki konsekuensi sangat serius bagi kawasan. Menurut dia, Iran dan Arab Saudi memiliki peran penting dalam mendorong upaya-upaya diplomatik untuk mengakhiri perang di Suriah dan membangun penyelesaian politik di Yaman.
Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi mengatakan, pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran seharusnya tidak berpengaruh pada upaya damai itu. "Kami akan terus bekerja keras untuk mendukung upaya perdamaian di Suriah dan Yaman," kata Abdallah.
Ia mengatakan, Arab Saudi berjanji untuk menghadiri babak berikut dari proses pembicaraan damai Suriah. Namun, ia juga meminta Iran turut memainkan peran diplomatik untuk mengakhiri perang di Suriah. Selama ini, menurut Adallah, Teheran belum banyak memainkan peran dalam mendukung upaya damai itu.
Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB Gholamali Khoshroo menyatakan penyesalan atas serangan terhadap Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran. Dalam suratnya kepada Ban Ki-moon, ia menyebutkan Iran akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kejadian serupa di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar