Senin, 09 November 2015

MENANG OJO UMUK, KALAH OJO NGAMUK.



MARAH ADALAH RACUN MENTAL, JIKA DIUMBAR SECARA ASAL AKAN MEMBUAT HIDUP PELAKUNYA TERPENTAL.
Hirup pikuk kampanye jelang pemilihan anggota legislatif 9 April lusa, minggu kemaren telah usai. Ibarat pesta meriah, tentu saja meninggalkan pemandangan yang tidak biasa. Pohon, tiang listrik, pagar depan rumah saya di kampung seketika berubah poster yang tidak saya kenal identitas pemiliknya.

Setelah pesta kampanye usai, pemilik poster yang wajahnya sumgringah, menebar janji, lengkap dengan atribut gelar kesarjanaan, tidak juga datang bertandang untuk menurunkan posternya. Yang menurunkan malah petugas kebersihan lingkungan tempat tinggal. Akhirnya janji tinggal janji yang telah diumbar lewat maklumat di poster, diperdengarkan lewat radio, televisi bahkan media sosial, tinggal kita nantikan pembukitannya, kelak jika dia terpilih. Seandainya tidak terpilih mohon bersabar, mungkin belum jodohnya jadi wakil rakyat. Jika menang mohon jangan ngasorake, sombong dan yang kalah jangan mengamuk.

Tembang Dolanan Anak - Anak Berbahasa Jawa memiliki nilai-nilai luhur budaya nasional.

Tembang Dolanan Anak - Anak Berbahasa Jawa
Tembang dolanan anak berbahasa Jawa memiliki nilai-nilai luhur budaya nasional. Namun sayangnya, tembang dolanan anak-anak berbahasa Jawa pada saat ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun instansi terkait. Pada akhirnya anak-anak sekarang kurang mengenal tembang dolanan Jawa sehingga tembang dolanan berbahasa Jawa ini kurang diminati dan tergerus oleh zaman.
Makalah ini akan memaparkan beberapa aspek tentang makna teks yang tersirat dalam tembang dolanan anak berbahasa Jawa, seperti nilai religius, nilai kebersamaan, nilai kemandirian, instropeksi, dan kerendahan hati (tidak sombong)
Dengan muatan beberapa aspek tersebut secara tidak langsung tembang dolanan anak berbahasa Jawa menyimpan beragam nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia khususnya Jawa. Dalam upaya untuk membangun jatidiri dan karakter bangsa, tembang dolanan anak berbahasa Jawa perlu dikenalkan kepada generasi muda khususnya anak-anak. Mereka adalah pemegang tongkat estafet perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila mereka kurang pemahaman dan pengalaman pada potensi seni budaya bangsa dikhawatirkan kelak bangsa ini akan kehilangan jatidiri dan karakter yang berbudi luhur.
Negara Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya akanl berbagai macam budaya dan kesenian. Kekayaan budaya dan kesenian yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu kebanggaan dan aset bangsa. Semua negara di dunia telah mengakui akan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia . Bahkan ada negara tetangga, seperti Malaysia berusaha merebut dan mengakui salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai kebudayaan mereka. Hal itu tidak boleh dibiarkan, jika ini terjadi maka bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu aset bangsa. Sebagai warga negara yang cinta dan peduli akan kebudayaan tersebut, maka hendaknya selalu berusaha untuk menjaga dan mempertahankannya.
Oleh karena itu, warisan nenek moyang tersebut perlu dilestarikan agar tidak punah tergerus oleh perkembangan zaman.
Perubahan dan perkembangan zaman terjadi semakin pesat, hal ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat elektronik yang mengakibat terkikisnya kebudayaan warisan nenek moyang yang menyimpan nilai-nilai luhur bangsa. Warisan kebudayaan tersebut meliputi bahasa, adat-istiadat, dan kesenian daerah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kesenian daerah yang pada saat ini banyak yang hilang bahkan hampir punah. Salah satu contoh kesenian daerah tersebut adalah tembang dolanan anak berbahasa Jawa.
Tembang dolanan berbahasa Jawa merupakan sarana untuk bersenang-senang dalam mengisi waktu luang dan juga sebagai sarana komunikasi yang mengandung pesan mendidik. Contoh tembang dolanan yang dimaksud adalah cublak-cublak suweng, jaranan, padang bulan, ilir-ilir, dan masih banyak lagi. Tembang dolanan anak merupakan suatu hal yang menarik karena sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang masih suka bermain, didalamnya juga mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai moral budi pekerti. Dr. Suharko Kasaran, (Ketua Komisi Nasional Budi Pekerti) mengatakan bahwa apabila anak kurang/tidak dibina pendidikan budi pekerti sedini mungkin, pada umur 14 tahun anak itu akan mengembangkan sikap destruktif (cenderung ke arah brutal). Kurangnya pembinaan atau pedidikan budi pekerti dibuktikan banyaknya kejadian di usia remaja dan dewasa atau tua seperti kenakalan remaja, tawuran massal, pelecehan seksual, dan sebagainya (wawancara Buletin Siang RCTI, 11 Mei 1999).
Menurut Riyadi (dalam Djaka Lodang, 5 Agustus 1989) memerinci sifat lagu dolanan anak-anak yaitu bersifat didaktis dan sosial. Didaktis artinya lagu dolanan itu mengandung unsur pendidikan, baik yang disampaikan secara langsung dalam lirik lagu atau disampaikan secara tersirat, dengan berbagai perumpamaan atau analogi. Salah satu keahlian orang Jawa adalah membuat berbagai ajaran dengan berbagai perumpamaan. Sosial artinya bahwa lagu dolanan memiliki potensi untuk menjalin hubungan sosial anak dan menumbuhkan sifat-sifat sosial.
Pada dasarnya lagu dolanan anak bersifat unik. Artinya, berbeda dengan bentuk lagu/tembang Jawa yang lain. Menurut Danandjaja (1985:19) lagu dolanan anak ada yang termasuk lisan Jawa, yaitu tergolong nyanyian rakyat. Sarwono dkk (1995: 5) menjelaskan bahwa lagu dolanan memiliki aturan, yaitu
1. bahasa sederhana,
2. cengkok sederhana,
3. jumlah baris terbatas,
4. berisi hal-hal yang selaras dengan keadaan anak.
Lirik dalam lagu dolanan tersebut tersirat makna religius, kebersamaan, kebangsaan, dan nilai estetis.
Generasi muda terutama anak-anak merupakan pemegang tongkat estafet perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila mereka kurang pemahaman dan pengalaman pada potensi seni budaya bangsa dikhawatirkan kelak bangsa ini akan kehilangan jatidiri dan karakter yang berbudi luhur. Generasi yang merupakan penerus pembangunan bangsa hendaknya memiliki rasa bangga dan jiwa kepahlawanan untuk menghadapi masalah. Sikap tersebut diawali dengan rasa bangga, ikut memiliki, dan mencintai seni budaya. Melalui seni, seseorang lebih sensitif terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan melihat kenyataan yang ada sekarang ini, sebagai generasi muda haruslah berbuat banyak demi kelestarian budaya dan kesenian tradisional yang hampir punah. Tembang dolanan sebagai warisan nenek moyang yang mempunyai nilai-nilai luhur harus terus dilestarikan.
Namun ironis, sekarang ini generasi muda khususnya anak-anak yang tinggal di daerah yang banyak mendapat pengaruh budaya modern pada umumnya tidak mengenal tembang dolanan berbahasa Jawa tersebut meskipun mereka orang Jawa. Mereka kurang berminat mempelajari apalagi menghafal tembang dolanan berbahasa Jawa tersebut. Pada saat ini, anak-anak lebih mudah menyanyikan dan menghafal lagu-lagu berbahasa Indonesia daripada tembang dolanan yang menggunakan bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena pada umumnya orang tua zaman sekarang meskipun berasal dari etnis Jawa, tetapi mereka lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu atau bahasa pengantar dalam berkomunikasi sehari-hari.
Peranan orang tua dalam melestarikan warisan nenek moyang juga sangat penting karena anak ibarat kertas putih bersih yang belum ternoda. Kalau sejak dini anak-anak diperkenalkan dengan tembang dolanan yang berisi petuah, pendidikan moral, dan budi pekerti, maka kelak jika sudah dewasa akan berakhlak baik.
Meskipun mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, tetapi sebagai orang tua hendaknya juga mengajari anak-anak mereka untuk menggunakan bahasa Jawa karena mereka berasal dari etnis Jawa.
Di samping orang tua yang berperan penting, pemerintah juga kurang memperhatikan bahkan mengabaikan adanya tembang dolanan anak berbahasa Jawa.
Hal ini terbukti dengan tidak adanya kepedulian pemerintah untuk ikut melestarikan tembang dolanan tersebut. Ketidakpedulian pemerintah tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya sosialisasi melalui program di televisi yang menayangkan acara khusus tembang dolanan anak yang berbahasa Jawa. Kebanyakan acaranya menggunakan bahasa Indonesia. Kalaupun ada acara musik yang berbahasa Jawa tetapi musik tersebut untuk orang dewasa bukan lagu dolanan untuk anak-anak. Selain perlu diadakannya program khusus untuk tembang dolanan anak-anak, langkah untuk melestarikan kesenian tersebut adalah dengan diadakannya lomba yang khusus menyanyikan tembang dolanan berbahasa Jawa. Langkah selanjutnya adalah melalui sanggar seni dengan mengaplikasikan tembang dolanan anak-anak maupun dewasa, sehingga tembang dolanan tidak lagi dianggap sebagai tembang dolanan semata, tetapi merupakan seni sastra tradisi milik seluruh masyarakat. Kerjasama yang harmonis antara orang tua, lingkungan, pemerintah yang terkait akan mempunyai andil besar dalam upaya melestarikan seni budaya daerah yang merupakan sumber aset budaya nasional.
Gejala yang terjadi menunjukkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan tembang dolanan anak berbahasa Jawa kurang diminati generasi muda khususnya anak-anak. Meskipun dalam lirik tembang tersebut mengandung banyak nasihat, petuah, dan pendidikan yang baik bagi anak-anak. Oleh sebab itu, peneliti tergerak untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi pada saat ini. Data dalam tulisan ini diperoleh dari masyarakat tutur berbahasa Jawa yang masih mengenal tembang dolanan anak-anak.
Teori Pendidikan Budi Pekerti
Budi pekerti adalah watak dan perbuatan seseorang sebagai perwujudan hasil pemikiran. Budi pekerti itu merupakan sikap dan perilaku, (tingkah laku, solah bawa, muna-muni) yang dilandasi oleh olah dan kegiatan berfikir. Tentu saj proses berfikir yang sehat sehingga menghasilkan budi pekerti yang baik. manifestasi budi pekerti yang baik menurut Surya (1995: 5) disebut juga budi pekerti luhur. Budi pekerti memiliki peranan tertentu dalam kehidupan manusia, dinyatakan oleh Simuh (1995: 109) bahwa nilai-nilai budaya dan norma etik Jawa akan berhadga bagi proses keberlangsungan kehidupan. Winarni (1995:2) menyatakan batas budi pekerti identik dengan orang yang berbudi mulia dan utama atau bermoral. Mereka adalah orang yang terpuji. Hal ini diungkapkan oleh Darusuprapto dkk (1990:1) bahwa ajaran moral adalah ajaran yang berkaitan dengan perbuatan dan kelakuan yang pada hakikatnya merupakan pencerminan akhlak atau budi pekerti.

Minggu, 08 November 2015

Wasiat Jihad Kyai Maja Muhammad Al Jawad: Den sira para satria nagari mentaram,

Wasiat Kyai Maja tentang Ahlulbait
Wasiat Jihad Kyai Maja Muhammad Al Jawad: Den sira para satria nagari mentaram, nagari jawi heng dodotira sumimpen, watak wantune sayyidina ngali, sumimpen kawacaksane sayyidina ngali, sumimpen kawacaksane sayyidina kasan, sumimpen kakendale sayyidina kusen, den seksana hing wanci suro landa bakal den sira sirnaake saka tanah jawa, krana sinurung pangribawaning para satrianing muhammad yaitu ngali, kasan, kusen. Sira padha lumaksananna yudha kairing takbir lan shalawat, yen sira gugur hing bantala, cinandra, guguring sakabate sayyidina kusen hing Nainawa,sira kang wicaksana hing yudha,pinates tampa sesilih ali basya (babad prang dipanegara,karya pujangga yasadipura II, surakarta). Terjemahan sbb: Wahai kalian satria mataram, negara jawa tersimpan dalam pemahaman kalian. Pada kalian tersimpan Watak prilaku, kebijaksanaan sayyidina ali dan sayyidina hasan. Tersimpan keberanian al husain, perhatikanlah pada waktu suro belanda akan kalian hilangkan dr tanah jawa, krn terdorong kekuatan para satria muhammad yaitu ali,hasan dan husain. Berperanglah teriring takbir dan shalawat, jika kalian syahid maka akan tercatat spt syahid nya para sahabat al husain di nainawa.
Engkau yang bijaksana dalam peperangan, pantas mendapat julukan Ali Basya

Jumat, 06 November 2015

Mayor Jendral Purnawirawan Kivlan Zein menyatakan jika program Jokowi terkait revolusi mental… voa-islam.com

Jakarta (voa-islam.com) - Mayor Jendral Purnawirawan Kivlan Zein menyatakan jika program Jokowi terkait revolusi mental merupakan hasil adopsi dari apa yang pernah diucapkan oleh mantan ketua PKI di tahun 60′an, Dipa Nusantara Aidit. Dengan keras ia menyatakan jika revolusi mental merupakan turunan dari PKI (Partai Komunis Indonesia).
Hal itu dikatakan oleh Kivlan Zein saat menghadiri acara Sayap Tanah Air di Sukmajaya, Depok, Kamis (27/6/14).
“Sekarang kita sudah diatas angin dan mereka kotak-kotak me resah dan takut sehingga meraka membuat on dengan membakar dan mencabut banyak atrib kita sehingga terjadi bentrok. Revolusi yang mereka gadang adalah turunan dari PKI karena pertama kali yang menyatakan Revolusi mental adalah Aidit. Kita tahu Aidit adalah tokoh PKI, oleh sebab itu beritahu kepada masyarakat semua tentang revolusi mental ,” jelasnya.
Fadli Zon : Revolusi Mental Jokowi Ikuti Visi Komunis Mao Tse Tung
Menanggapi 'Revolusi Mental' ala Jokowi itu, kemudian Fadli Zon dalam cuitannya juga menyebut Karl Marx menggunakan istilah 'Revolusi Mental' pada tahun 1869 dalam karyanya, Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, cetus Fadli Zon.
Selanjutnya, menurut Fadli, “Aidit PKI, hilangkan nama Achmad dari nama depannya dan ganti dengan Dipa Nusantara (DN) dengan alasan 'Revolusi Mental' yaitu hapus yang berbau agama,” sambungnya.
Aidit PKI, hilangkan nama Achmad dari nama depannya dan ganti dengan Dipa Nusantara (DN) dengan alasan 'Revolusi Mental' yaitu hapus yang berbau agama
Namun, menurut Frances Wood, mahasiswa Inggris, mengatakan, sejak 1966 Cina diramaikan hiruk-pikuk gerakan antikapitalisme. Tentara Merah menyerang para dosen, dokter, seniman, novelis, dan mereka yang dianggap tidak mewakili kaum proletar.
Gonjang-ganjing terus berlangsung sampai tahun 1975, meski tak lagi diwarnai kekejaman. Frances Wood, mahasiswi Inggris yang belajar di Institut Bahasa Asing dan Universitas Beijing tahun 1975 – 1976, ikut menyaksikan “The Great Proletarian Cultural Revolution”, yang pada masa Mao Zedong diteriakkan dengan penuh semangat, belakangan justru dianggap sebagai “Dasawarsa Penuh Bencana”.
Ketika saya belajar sastra Cina di Universitas Cambridge, 1968 – 1971, Cina sedang berada di puncak Revolusi Kebudayaan. Dunia luar tak banyak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kecuali laporan media massa Eropa tentang mayat-mayat yang hanyut di Pearl River, dekat Hongkong dan Makao.
Selain menutup diri, negeri itu menolak segala yang berunsur Barat. Sebagai mahasiswa yang ingin belajar lebih lanjut, saya tak punya harapan untuk pergi ke Cina. Tapi dari sumber kepustakaan saya tahu, Cina senantiasa berubah seirama dengan perubahan kebijakan para pemimpinnya. Saya hanya bisa berharap dari perubahan itu.
Pemimpin Besar Mao Tse Tung memainkan peran penting sejak berdirinya Republik Rakyat Cina pada 1949.
Ia menyingkirkan para pesaing dan musuhnya. Misalnya, ia menyerukan gerakan Anti-Kanan pada 1957 untuk menyingkirkan Zhou Enlai, pelopor gerakan Seratus Bunga tahun 1956.
Mao memprakarsai gerakan “Lompatan Jauh ke Depan” pada 1958 untuk memberi warna khusus bagi komunisme Cina. Berbeda dengan Soviet yang bertumpu pada industri berat, Mao menggalakkan pertanian yang ditunjang industri kecil di pedesaan. “Kalau Stalin hanya punya satu kaki, industri berat, kita punya dua kaki, yakni pertanian dan industri kecil,” ucap Mao.
Para pejabat sadar, ambisi Mao terlalu utopis. Tapi karena takut, mereka memberi laporan ABS. Angka produksi digelembungkan, data dan foto hasil panen direkayasa, sementara kenyataannya para petani menderita. Sepanjang 1958 – 1961 tak kurang dari 30 juta orang meninggal karena kelaparan.
Akhir 1958 Mao mundur dari jabatan sebagai pimpinan Partai Komunis. Ia sengaja mengambil jarak dari pusat kekuasaan agar bisa melihat betapa para pimpinan menjadi borjuis dan korup. Rakyat kehilangan semangat revolusioner. Bagi Mao, kenyataan itu tak bisa dibiarkan. Harus ada reformasi untuk meluruskan kembali jalan revolusi. Itulah Revolusi Kebudayaan. “Kebudayaan” tidak hanya berarti kesenian, melainkan seluruh aspek dan lembaga kemasyarakatan.
Mao mengerahkan ribuan pelajar dan mahasiswa ke Lapangan Tiananmen di pusat Kota Beijing. Mereka membawa buku kecil warna merah, The Little Red Book, berisi kutipan naskah-naskah pidato Mao.
Belakangan gerakan diperluas ke kalangan pekerja, buruh, dan petani. Mereka mengecam siapa pun yang berada dalam posisi pimpinan. Sering kecaman berubah menjadi sanksi atau hukuman. Korban berjatuhan, baik karena hukuman maupun bunuh diri.
Seorang dokter ahli bedah otak, misalnya, tiba-tiba dimutasi menjadi petugas kebersihan WC. Dosen atau petinggi universitas dialihtugaskan ke peternakan babi. Birokrat dikirim ke pedalaman agar menghayati keadaan rakyat.
Revolusi Kebudayaan juga menyertakan istri Mao, mantan bintang film tak terkenal Jiang Qing, untuk menyingkirkan para pesaingnya dalam ranah kesenian. Opera, film, dan panggung teater didominasi produksi Madam Mao. Lukisan bunga dan alam tak boleh dipasang, diganti gambar bendera merah, traktor di ladang, atau gambar Mao dalam ekspresi heroik.
Kaum perempuan tak boleh lagi berambut panjang dan dandan sesukanya. Jika ketahuan Tentara Merah, rambut mereka akan dipotong dan celana panjang ketat mereka akan dirobek di depan umum. Banyak pengarang dipenjara, dibuang ke kamp kerja paksa, atau dibiarkan frustrasi hingga bunuh diri. Beberapa pemusik atau pianis dipotong jarinya oleh Tentara Merah.
Sejak 1971 keadaan menjadi normal dalam versi Mao. Sekolah dan universitas dibuka kembali dengan syarat hanya buruh dan petani yang boleh belajar. Mahasiswa asing dan turis boleh datang, meski dalam wilayah terbatas. Para turis hanya disuguhi traktor dan sistem irigasi disertai pidato propaganda.
Saya beruntung tahun itu bisa ikut dalam rombongan pertama mahasiswa asing yang mengunjungi Cina setelah tertutup sejak 1966. Saya senang bukan karena bisa berkomunikasi dengan rakyat Cina dalam bahasa mereka, tetapi karena setiap kali bisa berbagi makan dengan mereka yang ternyata memang kelaparan.
Mungkinkah yang dimaksudkan 'Revolusi Mental' ala Jokowi itu, juga 'Revolusi Kebudayaan' ala Mao Tse Tung? Revolusi yang dijalankan oleh Mao di daratan Cina, dan mengubah rakyatnya secara radikal dengan dasar ideologi komunis. (jj/berbagaisumber/voa-islam.com)
sMayor Jendral Purnawirawan Kivlan Zein menyatakan jika program Jokowi terkait revolusi mental merupakan hasil adopsi dari apa yang pernah diucapkan oleh mantan ketua PKI di tahun 60′an, DN Aidit. Dengan keras ia menyatakan jika revolusi mental merupakan turunan dari PKI.
Hal itu dikatakan oleh Kivlan Zein saat menghadiri acara Sayap Tanah Air di Sukmajaya, Depok, Kamis (27/6/14).
“Sekarang kita sudah diatas angin dan mereka kotak-kotak me resah dan takut sehingga meraka membuat on dengan membakar dan mencabut banyak atrib kita sehingga terjadi bentrok. Revolusi yang mereka gadang adalah turunan dari PKI karena pertama kali yang menyatakan Revolusi mental adalah Aidit. Kita tahu Aidit adalah tokoh PKI, oleh sebab itu beritahu kepada masyarakat semua tentang revolusi mental ,” jelasnya.
Sementara itu, Walikota Depok, Nur Mahmudi I’smail yang turut hadir dalam orasi politiknya mengajak para relawan untuk tidak lengah dan mengajak para masyarakat serta kader untuk datang ke TPS pada tanggal 9 Juli mendatang.
“Pentingnya relawan sangat dibutuhkan dalam menangkal isu-isu negatif serta money politik. Oleh sebab itu relawan tidak boleh lengah, relawan juga harus hadir di setiap TPS. Kawal terus jangan sampai ada kekeliruan yang tidak di inginkan,”ungkap Mahmudi dalam orasinya.
- See more at: http://depoknews.com/revolusi-mental-hasil-adopsi-dari-uc…/…
- See more at: http://www.voa-islam.com/…/konsep-revolusi-mental-jokowi-…/…
Mayor Jendral Purnawirawan Kivlan Zein menyatakan jika program Jokowi terkait revolusi mental…
voa-islam.com

Senin, 02 November 2015

Indonesia Darurat Wahabi.


Kyai Said Agil: ‘Indonesia Darurat Wahabi!”
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan keprihatinannya atas berkembangnya kelompok Wahabi di Indonesia, yang dinilainya mengancam identitas kebangsaan dan keberadaan NKRI. Diantaranya, kelompok tersebut mengharamkan pengibaran bendea merah putih.
“Indonesia sudah darurat wahabi, sementara kalau yang lain masih dalam kategori bahaya, seperti bahaya liberal, bahaya sekuler,” katanya ketika memberikan sambutan pada acara pembubaran Panitia Muktamar ke-33 NU di Jakarta, Jum’at (30/10).
Kelompok wahabi, kata kiai Said, berusaha mengembangkan sayapnya di perkotaan sampai daerah terpencil. Di daerah pertambangan yang berlokasi di daerah-daerah terpencil atau bahkan di tengah hutan, banyak masjid dikelola oleh kelompok wahabi.
Di sisi lain, kelompok tersebut juga masuk ke kampus-kampus. Bahkan menurut laporan yang disampaikan kepadanya, sebuah perguruan tinggi negeri bergengsi di Jabar, dipimpin oleh orang wahabi, sampai-sampai ketika jaringan anak muda NU ingin mengundang Menristek Dikti, pihak kampus tidak mau mengizinkannya, akhirnya Menristek diundang, tetapi tidak dalam kapasitasnya sebagai menteri.
Demikian pula, dari pengalaman pribadinya saat berceramah di ITS Surabaya, ada segelintir mahasiswa yang kemudian keluar.
Dengan berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi, ia tetap yakin NU akan semakin jaya. Ia mengisahkan, saat Gus Dur menjadi presiden, sangat sulit mencari orang NU yang bisa menduduki posisi-posisi strategis. Hanya dalam beberapa tahun, NU telah mampu melahirkan banyak sekali kader NU yang mumpuni di berbagai bidang.
“Jika dulu kompetensinya hanya dalam bidang agama, sekarang sudah tersebar di berbagai bidang keilmuan,” katanya yang kemudian menunjuk salah satu kader NU lulusan ekonomi dari sebuah universitas di Inggris.
Ketua Panitia Muktamar H Imam Aziz dalam sambutannya menyatakan, muktamar sudah dipersiapkan sedemikian rupa, tetapi ternyata beberapa persoalan di lapangan tidak sesuai dengan skenario, terutama menyangkut registrasi. Menurutnya, ini adalah sebuah pelajaran berharga yang bisa dimanfaatkan untuk muktamar lima tahun mendatang.
“Sistem database yang digunakan untuk muktamar bisa dimanfaatkan untuk database NU,” katanya.
Mengenai laporan keuangan, ia mengungkapkan, terdapat minus lebih dari dua milyar, tetapi sudah ditutup oleh kepengurusan PBNU periode ini.
Pembubaran panitia diakhiri dengan salam-salaman sebagai simbol permintaan maaf atas segala salah dan khilaf saat bersama-sama terlibat dalam satu tim untuk mensukseskan muktamar ke-33 NU.